Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu
Blog Sang Pecinta Malam Lelananging Jagad

GOOGLE TRANSLATE....

Thursday, April 28, 2011

TEKNOLOGI RADAR


LIPI Luncurkan Radar Bikinan Indonesia


JAKARTA – Pusat Penelitiam Elektronika dan Telekomunikasi Lembaa Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) berhasil mengembangkan radar pertama buatan Indonesia.
Dua buah produk radar hasil litbang anak bangsa ini adalah radar pengawas pantai (Coastal Surveillance Radar) yang dibuat oleh PPET -LIPI dan Radar Navigasi Kapal yang dibuat oleh divisiRadio & Commmunications System (RCS) dari PT Solusi 247. Kedua Radar ini menggunakan teknologi Frequency Modulated Continous Wave (FM-CW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dari Radar pada umumnya.                           

               Indonesia adalah negara maritim yang mempunyai luas laut sebesar 8,5 juta kilometer persegi. Saat ini Indonesia belum optimal dalam mengawasi wilayah laut dan perairan nusantara dikarenakan kurangnya peralatan untuk mengawasinya. Betapa tidak, untuk mengawasi perairan kita, TNI AL hanya mempunyai 117 kapal, berarti satu kapal mengawasi 72 ribu kilometer persegi. Karena tak terawasi, sedikitnya dalam setahun negara rugi mencapai Rp 188 triliun akibat pencurian pasir laut, penyelundupan, dan pencurian kekayaan laut lainnya.Untuk itu, LIPI mengembangkan Radar Pengawas Pantai atau laut, dengan nama INDRA (Indonesia Radar).
Siaran IPTEK VOICE hari Kamis,19 April 2007 pukul 16.30-17.00 WIB membahas topik tentang Teknologi Radar dan Aplikasinya bersama narasumber Prof.Dr.Masbah Siregar, Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknik, LIPI dan Ir.Pamungkas Daud, MT, Peneliti Radar (Puslit Elektronika dan Telekomunikasi, LIPI).

"Radar pemantau laut adalah sistem radar yang digunakan untuk memonitor aktivitas di laut dan mendeteksi hal-hal yang merugikan seperti pencurian ikan, penyelundupan serta mengatur lalu lintas kapal pada saat masuk dan keluar sehingga mencegah kecelakaan atau tabrakan", Ungkap Pamungkas.

Masbah menjelaskan,"Setiap tahunnya Indonesia mengalami kerugian besar akibat pencurian pasir laut dan kekayaan laut, penyelundupan BBM dan kayu ilegal, dikarenakan kemampuan jumlah kapal pengawas yang kurang, maka untuk mengatasinya dibuat instalasi radar pengawas garis pantai agar lebih efektif dan ekonomis".

Radar ini dikembangkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang bekerjasama dengan International Research Center for Telecomunications and Radar (IRCT) Technological University (TU) Delft, Belanda. Dalam kerjasamanya, LIPI menangani perangkat keras (hardware) sedangkan TU Delft menangani perangkat lunak (software).
Radar pengawas pantai ini dapat mendeteksi kapal-kapal dengan jarak maksimum 64 kilometer dan memonitor kegiatan ilegal kapal asing dan juga dapat  dengan segera apabila ada  kapal tenggelam.              
    
    

Satuan Radar 245 Saumlaki Diresmikan


14 November 2011, Saumlaki (ANTARA News): Ambon, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat akan meresmikan satuan radar 245 di Saumlaki, Maluku, Selasa (15/11), guna memperkuat sistem pertahanan di wilayah timur Indonesia.

"Radar ini adalah sarana pemantauan udara yakni suatu sistem dari Kohanudnas (Komando pertahanan udara nasional) yang termonitor dari Jakarta," kata Imam Sufaat di Ambon, Senin malam.

KSAU menjelaskan, dengan beroperasinya satuan radar maka dapat melakukan pemantauan pesawat tempur, peluru kendali, pesawat komersial, maupun pemantauan lainnya seperti penangkapan ikan di laut.

Ia mencontohkan, dengan beroperasinya radar maka kecelakaan pesawat bisa segera termonitor lokasinya.

Satuan radar 245 di Saumlaki yang akan diresmikan pada Selasa (15/11), menurut dia, adalah satuan radar ke 18 dari target 32 satuan radar di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut dia, setelah satuan radar 245 di Saumlaki, berikutnya juga akan segera diresmikan satuan radar di Timika, Papua, yang direncanakan pada Februari 2011, kemudian selanjutnya di Jayapura, Morowali, dan Kalimantan.

Sedangkan sebelumnya, kata dia, juga telah diresmikan beroperasinya satuan radar di Merauke, Papua.

Satuan radar lainnya yang telah beroperasi di wilayah timur Indonesia, menurut dia, adalah di Kupang Nusa Tenggara Timur serta di Biak, Papua.

"Jika satuan radar di Saumlaki dan Timika sudah resmi beroperasi maka tidak semakin menguatkan sistem pertahanan udara di wilayah Timur Indonesia. Tidak ada lagi blank spot karena seluruh wilayah timur Indonesia sudah tercover," katanya.

Pada kesempatan tersebut, KSAU mengakui, pembangunan satuan radar di wilayah timur Indonesia agak terlambat dibandingkan dengan wilayah barat dan wilayah tengah Indonesia, karena keterbatasan anggaran TNI AU.

Namun TNI AU, kata dia, bertekad bisa secepatnya membangun satuan radar di seluruh wilayah Indonesia terutama di wilayah timur Indonesia.

Dia berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat atau minimal stabil seperti saat ini yakni 6,4 persen, sehingga anggaran untuk TNI juga bisa lebih baik, guna lebih mengoptimalkan sistem pertahanan seperti satuan radar.
Dalam rangkaian kegiatan peresmian satuan radar 245 di Saumlaki, Maluku, pada Selasa (15/11), sebelumnya KSAU juga menyempatkan diri melakukan kunjungan ke Landasan Udara Hasanuddin di Makassar Selawesi Selatan serta Landasan Udara Pattimura berikut mess prajurit TNI AU di Ambon Maluku, pada Senin.    

             Selama ini teknologi radar yang dimiliki oleh Indonesia, sebagian besar masih merupakan hasil import dari luar negeri. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata pun meminta agar adanya sinergi.

Suharna mengatakan bahwa agar Indonesia memiliki radar buatan sendiri, dibutuhkan sinergi yang kuat antara pihak terkait untuk pengembangan teknologi radar lokal.

"Karena kebutuhan radar kita masih import, maka Indonesia harus mengupayakan radarnya sendiri," ujar Suharna, saat ditemui di Seminar Radar Nasional, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (21/4/2011).

Ditambahkan juga olehnya, sinergi yang diperlukan untuk pengembangan radar lokal adalah sinergi antara Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI), Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset Teknologi, dan Perguruan Tinggi lokal.

Pengembangan ini sendiri tak perlu mengkhawatirkan masalah pendanaan, pasalnya pemerintah mengklaim bahwa dana yang disediakan cukup besar untuk melakukan riset, khususnya mengenai teknologi radar.

"Komitmen pemerintah untuk industri pertahanan sangart serius, kita mempunyai dana riset cukup besar. Untuk tahun 2011 saja belanja untuk ristek mencapai sekira Rp10 triliun," katanya.

Pemerintah sendiri berharap, tahun 2014 sudah bisa menciptakan purwarupa komponen radar buatan dalam negeri, yang ditargetkan pada 2025 pemerintah menambah 32 radar jenis baru di Indonesia.

       ARTIKEL  MENARIK  LAINNYA :