![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4y2YD5yAIWM3rqdbZmEgHR4U7SlwcdN0iIpnSu3P7UKD-p-__G46cAHJ2byiP1DwtSJs1I9wH6pQswX6epIYq7rrFyU_IKOrYLCAXWEf4tu6kpbvAcMC0bKnlAZl__9ZHFGZ8fkk6o4vt/s1600/rahasia.jpg)
diberi
ajaran ilmu rahasia.
Namun Sang Guru menilai, belum waktunya Wujil belajar ilmu
rahasia.
Namun pada akhirnya, sampai juga saatnya Sang Guru memanggil Wujil, untuk menerima
uraian ilmu rahasia. Mengenai kebenaran ilmu rahasia itu.
Sang guru bersumpah, kalau karena ajarannya itu orang harus
masuk neraka, sang gurulah yang bersedia masuk neraka sebagai tanggung jawabnya, bukan
muridnya.
Ajaran rahasia pertama yang diberikan Sang Guru kepada Wujil adalah berupa pesan, bahwa orang hidup di dunia haruslah berhati-hati, jangan lengah dan tidak boleh bertindak serampangan. Adapun ajaran rahasia yang kedua ialah, mengingatkan, agar manusia menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Manusia itu hanya ciptaan Tuhan, diadakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia itu tidak akan ada bila tidak diadakan oleh Tuhannya.
Selanjutnya “Ketahuilah dengan sungguh-sungguh, bahwa engkau bukanlah kesejatian, dan kesejatian bukanlah engkau,” ujar Sang Guru. Selanjutnya kepada Wujil dijelaskan, bahwa barang siapa mengenal diri sendiri, seolah-olah ia mengenal Tuhannya. Selanjutnya diajarkan apa arti shalat yang sesungguhnya. Menurut Sang Guru, shalat yang sebenarnya ialah jika orang tahu atau mengerti kepada siapa ia menyembah. Jika orang menyembah tanpa mengetahui siapa yang disembah, itu tidak ada artinya.
Penjelasan selanjutnya, mengenai pentingnya manusia mengenali dirinya sendiri, serta tiada henti-hentinya memuji keagungan Illahi. Orang harus mengetahui di mana letaknya yang berdoa (makhluk) dan siapa yang dituju dengan doa itu (Khalik). Barangsiapa mengetahui dengan benar hal itu, ia berhak menerima anugerah yang besar.
Kepada Wujil
juga dijelaskan oleh Sang Guru, bahwa sifat Tuhan jelas berbeda dengan sifat
manusia. Namun demikian ada orang yang mengaku atau merasa tahu dan mengenal
Tuhannya. Namun, dari kelakuan dan perbuatannya, sama sekali tidak menunjukkan
bahwa ia benar-benar tahu. Buktinya, ia tidak mematuhi ajaran pengendalian hawa
nafsu.Ajaran rahasia pertama yang diberikan Sang Guru kepada Wujil adalah berupa pesan, bahwa orang hidup di dunia haruslah berhati-hati, jangan lengah dan tidak boleh bertindak serampangan. Adapun ajaran rahasia yang kedua ialah, mengingatkan, agar manusia menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Manusia itu hanya ciptaan Tuhan, diadakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia itu tidak akan ada bila tidak diadakan oleh Tuhannya.
Selanjutnya “Ketahuilah dengan sungguh-sungguh, bahwa engkau bukanlah kesejatian, dan kesejatian bukanlah engkau,” ujar Sang Guru. Selanjutnya kepada Wujil dijelaskan, bahwa barang siapa mengenal diri sendiri, seolah-olah ia mengenal Tuhannya. Selanjutnya diajarkan apa arti shalat yang sesungguhnya. Menurut Sang Guru, shalat yang sebenarnya ialah jika orang tahu atau mengerti kepada siapa ia menyembah. Jika orang menyembah tanpa mengetahui siapa yang disembah, itu tidak ada artinya.
Penjelasan selanjutnya, mengenai pentingnya manusia mengenali dirinya sendiri, serta tiada henti-hentinya memuji keagungan Illahi. Orang harus mengetahui di mana letaknya yang berdoa (makhluk) dan siapa yang dituju dengan doa itu (Khalik). Barangsiapa mengetahui dengan benar hal itu, ia berhak menerima anugerah yang besar.
Orang yang mengenal Tuhan, ujar Sang Guru, tidak akan meninggalkan kesalehan dalam hidupnya. Orang yang mengenal Tuhan, ia akan mengendalikan hawa nafsunya siang ataupun malam.
Ajaran selanjutnya adalah tentang berdoa dan memuji keagungan Allah.
Ajaran selanjutnya
ialah, tentang puji. Sang Guru mengatakan kepada Wujil, memuji keagungan Allah
di siang hari maupun di malam hari adalah sangat baik. Namun pujian yang baik
itu juga ada syaratnya, yakni harus sesuai dengan aturan yang digariskan dalam
syariat. Pujian yang dilakukan sesuai dengan aturan, nilainya sama dengan
sembahyang selama dua belas tahun. Sebab, menurut Sang Guru, tafakur dengan
benar, nilainya sama dengan sembahyang dua belas tahun. Kepada Wujil juga
dipaparkan apa arti kebaktian yang unggul. Manusia
yang sudah memahami apa arti kebaktian yang unggul akan berbakti tidak mengenal
waktu. Semua tingkah lakunya ditujukan sebagai pengabdian terhadap Allah SWT.
Singkat kata, semua tindak tanduknya adalah sembahyangnya.
Sang Guru pun berpesan kepada Wujil, agar mau dan mampu mengekang hawa nafsu yang tidak baik.
Sang Guru pun berpesan kepada Wujil, agar mau dan mampu mengekang hawa nafsu yang tidak baik.
Pertama, mengekang nafsu bicara. Sebaiknya orang tidak terlalu banyak
bicara. Kedua, jangan memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang lain. Ketiga, jangan hanya mengikuti
kehendak pribadi saja. Mengikuti kehendak pribadi melulu, merupakan jalan yang
sesat, menurut Sang Guru.
Sang Guru juga menjelaskan filsafat kematian. Mati itu tidak mudah, ujarnya. “Dalam kehidupan ini sukar untuk mati, selagi orang tersebut masih hidup, jarang orang untuk mencapainya.” Itu berarti, untuk mati orang memerlukan persiapan. Selagi orang hanya berpikir segala yang duniawi, ia belum siap untuk mati. Sang Guru juga menjelaskan, bahwa mati itu tidak perlu dijauhi, tidak perlu ditakuti. Sebab, mati merupakan tujuan orang berbakti, tiada lagi yang menghitung-hitung, sebab mati itu kembali ke asalnya. Jika orang masih menghitung-hitung kepentingan duniawi, orang tidak akan berhasil menemukan kematian yang sejati. Untuk bisa menemukannya, orang harus menghilangkan semua hawa nafsunya yang tidak baik atau HIDUP BISA DAN MAMPU MEMATIKAN NAFSU YANG TIDAK BAIK. Jika orang telah menemukan cara mati nafsu yang sempurna ( bukan mati nyawanya ), maka kemauan dan kehendak akan menyatu.
( ajaran rahasia sampai disini )
Sang Guru juga menjelaskan filsafat kematian. Mati itu tidak mudah, ujarnya. “Dalam kehidupan ini sukar untuk mati, selagi orang tersebut masih hidup, jarang orang untuk mencapainya.” Itu berarti, untuk mati orang memerlukan persiapan. Selagi orang hanya berpikir segala yang duniawi, ia belum siap untuk mati. Sang Guru juga menjelaskan, bahwa mati itu tidak perlu dijauhi, tidak perlu ditakuti. Sebab, mati merupakan tujuan orang berbakti, tiada lagi yang menghitung-hitung, sebab mati itu kembali ke asalnya. Jika orang masih menghitung-hitung kepentingan duniawi, orang tidak akan berhasil menemukan kematian yang sejati. Untuk bisa menemukannya, orang harus menghilangkan semua hawa nafsunya yang tidak baik atau HIDUP BISA DAN MAMPU MEMATIKAN NAFSU YANG TIDAK BAIK. Jika orang telah menemukan cara mati nafsu yang sempurna ( bukan mati nyawanya ), maka kemauan dan kehendak akan menyatu.
( ajaran rahasia sampai disini )
Cara melakukan hidup dalam kematian nafsu
yang tidak baik adalah seperti yang diajarkan Sunan Kali Jaga kepada santrinya yaitu
Harus TAPA atau MENJAGA SETIAP SAAT.
Tapa
atau menjaga selalu yang
dianjurkan Sunan Kalijaga diantaranya:
A. Badan,
tapanya berlaku sopan santun, zakatnya gemar berbuat kebajikan.
B. Hati atau budi, tapanya rela dan sabar,
zakatnya bersih dari prasangka buruk.
C. Nafsu, tapanya berhati ikhlas, zakatnya tabah
menjalani cobaan dalam sengsara dan mudah mengampuni kesalahan orang.
D. Nyawa atau roh, tapanya belaku jujur, zakatnya
tidak mengganggu orang lain dan tidak mencela.
E. Rahsa, tapanya berlaku utama, zakatnya duka
diam dan menyesali kesalahan atau bertaubat.
F. Cahaya ata Nur, tapanya berlaku suci dan
zakatnya berhati ikhlas.
G. Atma atau hayu, tapanya berlaku awas dan
zakatnya selalu ingat.
Di samping itu diajarkan pula tapa/menjaga
dalam
perbuatan yang
berhubungan dengan 7 anggota
badan yaitu :
1. Mata,
tapanya mengurangi tidur, zakatnya tidak menginginkan kepunyaan orang lain.
2. Telinga,
tapanya mencegah hawa nafsu, zakatnya tidak mendengarkan perkataan-perkataan
yang buruk
3. Hidung,
tapanya mengurangi minum, zakatnya tidak suka mencela keburukan orang lain
4. Lisan,
tapanya mengurangi makan, zakatnya dengan menghindari perkataan-perkataan buruk
5. Aurat, tapanya menahan syahwat dan zakatnya menghindari
perbuatan zina
6. Tangan,
tapanya mencegah perbuatan mencuri, zakatnya tidak suka memukul orang lain
7. Kaki,
tapanya tidak untuk berjalan berbuat kejahatan dan zakatnya menyukai berjalan
untuk istirahat dan intropeksi
Ajaran
yang sangat mulia dari Sunan Kali Jaga. Tapi di jaman EDAN ini sangat sedikit
yang mau hidup dengan hati dan perbuatan yang mulia. Maka sangat beruntung dan bahagia apabila di jaman
edan ini DI BERI TAUFIK DAN HIDAYAH OLEH ALLAH BISA HIDUP YANG MULIA HATI DAN
PERBUATANNYA.