IWAN2REAL. Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta Arif Yoga Pratama, Ari Purnomo, dan
Amallia Nugrahaeni memanfaatkan daun dan bunga tapakdara untuk dibuat
teh sebagai obat alternatif leukemia.
"Tanaman tapakdara
(catharanthus roseus) mengandung alkaloid vinblastine, vincristine,
leurosine, catharanthine, dan lochnerine yang berkhasiat sebagai
antikanker. Pemanfaatan daun dan bunga tapakdara sebagai obat leukemia
karena tanaman ini murah dan mudah diperoleh," kata Arif Yoga Pratama
di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, kandungan kimia dari tanaman tapakdara adalah senyawa
alkaloid antikanker yang paling utama, yakni vincristine dan
vinblastine. Vincristine digunakan sebagai bahan pengobatan kanker
bronkial, tumor ganas pada ginjal, kanker payudara, leukemia, dan
berbagai jenis tumor ganas yang awalnya menyerang urat saraf atau otot.
"Tanaman tapakdara yang di Sumatra disebut `rumput jalang` itu juga
mengandung alkaloid catharanthine yang dapat mendesak dan melarutkan
inti sel kanker," katanya.
Ia mengatakan penelitian tantang pemanfaatan tanaman tapakdara sebagai obat leukemia dilakukan dengan mengeringkan bunga dan daunnya untuk dijadikan teh celup.
"Untuk pengujian kandungan antioksidan dalam teh tapakdara digunakan metode spektofotometer yakni teh diseduh dalam air hangat. Air seduhan kemudian diuji kandungannya," katanya.
Menurut dia berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ativitas antioksidan dari teh tapakdara adalah 85,35 persen dan 85,50 persen, kadar air 0,1213 persen dan 0,1357 persen, kadar abu 0,0501 persen dan 0,055 persen, dan kadar phenol 13,6833 persen dan 13,7400 persen.
"Tanaman tapakdara biasa tumbuh subur di padang atau di perdesaan beriklim tropis. Jenis tanaman ini oleh masyarakat digunakan sebagai obat tradisional," katanya.
Ia mengatakan cara pengobatan alternatif dengan tanaman ternyata banyak membantu para penderita kanker sehingga dilakukan upaya-upaya penelitian dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap beberapa tumbuhan yang digunakan.
"Cara tersebut ditempuh karena pengobatan dan pencegahan secara medis terhadap penyakit kanker melalui pengangkatan tumor, kemoterapi atau radioterapi diakui oleh para pakar sering menemui kendala karena tak berapa lama usai pengobatan, kankernya bisa timbul kembali,"(sumber : www.antaranews.com)
Ia mengatakan penelitian tantang pemanfaatan tanaman tapakdara sebagai obat leukemia dilakukan dengan mengeringkan bunga dan daunnya untuk dijadikan teh celup.
"Untuk pengujian kandungan antioksidan dalam teh tapakdara digunakan metode spektofotometer yakni teh diseduh dalam air hangat. Air seduhan kemudian diuji kandungannya," katanya.
Menurut dia berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ativitas antioksidan dari teh tapakdara adalah 85,35 persen dan 85,50 persen, kadar air 0,1213 persen dan 0,1357 persen, kadar abu 0,0501 persen dan 0,055 persen, dan kadar phenol 13,6833 persen dan 13,7400 persen.
"Tanaman tapakdara biasa tumbuh subur di padang atau di perdesaan beriklim tropis. Jenis tanaman ini oleh masyarakat digunakan sebagai obat tradisional," katanya.
Ia mengatakan cara pengobatan alternatif dengan tanaman ternyata banyak membantu para penderita kanker sehingga dilakukan upaya-upaya penelitian dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap beberapa tumbuhan yang digunakan.
"Cara tersebut ditempuh karena pengobatan dan pencegahan secara medis terhadap penyakit kanker melalui pengangkatan tumor, kemoterapi atau radioterapi diakui oleh para pakar sering menemui kendala karena tak berapa lama usai pengobatan, kankernya bisa timbul kembali,"(sumber : www.antaranews.com)