Ada Pertanyaan Orang Atheis Kepada Dr.Zakir Naik :
"Tuhan maha tahu. Dia tahu bahwa kelak
pasti ada ciptaannya masuk neraka. Nah sudah tahu akhirnya seperti itu,
tapi kenapa penciptaan manusia ini tetap dilanjutkan? Katanya Tuhan maha
penyayang, mestinya Dia mengurungkan penciptaan manusia, agar tak ada
satupun yang masuk neraka."
Demikian pertanyaan sederhana seorang ateis yang diberikan kepada Dr
Zakir Naik dalam sebuah forum umum tanya jawab. Tanya jawab secara live
memang sangat mengasyikkan namun tak bisa dipungkiri seringkali jawaban
melebar sehingga ada beberapa substansi pertanyaan yang terlewat. Sang
penanya, Harris adalah seorang ateis dari Phoenix Arizona USA yang
berprofesi sebagai seorang manajer pemasaran. Beberapa rekan saya
menanggapi seirus pertanyaan ini dan mulai memberikan penjelasan, namun
tak satupun mereka yang mengutip ayat Quran yang secara substansial
berkaitan dengan pertanyaan ini. Berikut jawaban Quran atas permasalahan
ini
Isyarat Quran yang terlewatkan
Tak banyak yang tahu isyarat Quran bahwa sebenarnya kehendak bebas sudah diberikan oleh Tuhan sejak sebelum manusia ada di dunia. Artinya menjadi manusia bukan merupakan paksaan dari Tuhan, melainkan pilihan kita sendiri. Siapa bilang?
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Allah juga berfirman dalam QS 33 Al Ahzab :72
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim
dan amat bodoh,
Kedua ayat di atas mengisyaratkan pada pembaca Quran bahwa manusia lahir ke dunia sebagai pemikul amanat (Khalifatullah fil Ardli : lihat QS Al Baqarah ayat 30) yang sebelumnya telah bersaksi bahwa Allah adalah Rabb yang menciptakannya dan kelak wajib ditaatinya.
Menjadi Manusia Adalah Pilihan
Jadi lahir ke dunia sebagai manusia merupakan pilihan kita meskipun soal
kita lahir dari rahim ibu yang mana kita tak pernah memilihnya. Namun
tak satupun manusia diberi kemampuan mengingat peristiwa ketika kita
memilih saat itu. Kelak di hari akhir semua ingatan kita dibuka sehingga
semuanya jelas dan terbukti bahwa kita manusia dahulu memang benar
benar telah memilih menjadi manusia dengan segala konsekuensinya. Di
dunia, orang bisa percaya bisa mengingkari ayat quran itu tapi di
akhirat semuanya menjadi jelas. Itu sebabnya bagi orang yang menolak
berita quran kita disuruh mengatakan demikian,"....ya tunggu saja nanti
setelah kita semua dibangkitkan,....mana yang benar.... persangkaan
kalian atau ayat Quran"
Orang bisa mengatakan,"Saya tidak ingat bahwa saya pernah memilih jadi
manusia?". Jawabannya mudah, "Sekarang ini anda menjadi manusia, itu
merupakan bukti nyata bahwa anda dahulu telah memilih, sebab kalau anda
tidak memilihnya Tuhan tidak akan memaksa anda menjadi manusia".
Peristiwa yang disebutkan quran itu mirip seperti titik percabangan if
then dalam sebuah bagan alir logika. Semua yang memilih jadi manusia
diminta persaksiannya, sementara yang tidak memilih jadi manusia (kalau
ada) tidak diceritakan karena bisa jadi dia menjadi malaikat atau
menjadi makhluk lain atau tidak menjadi apa-apa.
Ada gambaran sederhana. Kenapa semua kita manusia dahulu memilih jadi
manusia dan dengan sukarela bersaksi bahwa Allah adalah Rabb kita yang
pasti akan kita taati? Sejenak kita maksimalkan kejujuran kita. Diantara
makhluk Tuhan yang lain saat itu seperti langit bumi gunung danpara
malaikat, dimana tak satupun memiliki kehendak bebas kecuali
"keterpaksaan tunduk atas perintah Tuhan", kemudian akan diciptakan
manusia dilengkapi dengan kehendak bebas sehingga memungkinkan untuk
tunduk patuh kepada Tuhan bukan dengan terpaksa tapi dengan kesadaran
penuh, tentu pilihan baru ini menjadi "lebih favorit" (ctt: bahkan
malaikatpun konon iri kenapa bukan mereka saja yang jadi manusia).
Dalam Quran dikisahkan setelah adam dan hawa diciptakan mereka diberi
kemudahan yang sangat banyak sembari menyertakan satu larangan sebagai
ujian ketaatan. Sejujurnya semua orang dengan mudah mengatakan bahwa
yang disediakan Tuhan untuk mereka berdua sudah lebih dari cukup, tanpa
harus melanggar larangan yang cuma satu itu.
Beberapa ateis mengaku bisa mengerti hal itu namun masih sedikit
kesulitan ketika dihadapkan pada pertanyaan berikutnya, "Ok lah, anggap
hal itu benar terjadi, tapi bukankah Tuhan tahu bahwa nantinya banyak
manusia yang gagal sehingga harus masuk neraka? Jadi mestinya Dia bisa
menghentikan agar tak seorangpun yang memilih jadi manusia?"
Apabila Tuhan telah menetapkan sesuatu maka Dia tidak akan merubahnya.
Ketetapan Tuhan mirip sebuah algoritma, alur logika dimana di dalamnya
terdapat percabangan if then yang sangat kompleks namun tetap memiliki
konsistensi yang sempurna tanpa mengandung bugs atau kecacatan. Ketika
Tuhan menetapkan penciptaan manusia maka tidak akan Dia membatalkan
urusan tersebut. Ketika paradigma ateis menganggap penciptaan ini
merupakan bencana bagi manusia sendiri sekaligus merupakan kesia-siaan
bagi Tuhan, ternyata Tuhan memberikan penjelasan bahwa tidak benar ini
sia sia. Tuhan menciptakan dengan tujuan memuliakan manusia dengan
membekalinya kehendak bebas, penglihatan pendengaran dan akal budi,
serta semua kelengkapan penunjang yang bakal dibutuhkan manusia selama
di dunia agar bisa sukses menjalani pilihannya sendiri, sekaligus bisa
membangun kemuliaannya melebihi semua makhluk Tuhan yang lain. Bahkan
Tuhan memberikan petunjuk, kiat kiat sukses, peringatan kehati-hatian,
melalui malaikat dan para nabi, berupa ayat ayat Tuhan yang dibukukan
menjadi Taurat, Zabur, Injil dan Quran.
Asumsikan keputusan penciptaan manusia merupakan awal sebuah bagan
alir, maka Tuhan menyiapkan teramat banyak simpul if then sepanjang
perjalanan hidup manusia di dunia yang setiap kali dipilih secara jujur
dengan akal budi yang diberikan Tuhan, maka dia dipastikan mengarah pada
kondisi kemuliaan dan akhir hidup yang baik yaitu surga.
Kehendak bebas dan kejernihan akal budi merupakan sebuah kemuliaan agung
yang diberikan tidak kepada makhluk lain kecuali atas manusia. Pintu
pintu sukses dunia sekaligus selamat di akhirat